Tras merupakan bahan galian golongan bahan galian C atau industri (PP No.
27/1980 tentang Penggolongan Bahan Galian). Bahan galian trass yang terdapat di
alam umumnya berasal dari batuan piroklastik dengan komposisi andesitis yang
telah mengalami pelapukan secara intensif sampai dengan derajat tertentu . Tras
sendiri
adalah batuan
gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh
pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih
kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu.
Proses pelapukan berlangsung pada tras disebabkan oleh adanya air yang
mengakibatkan terjadinya pelolosan (leaching) pada sebahagian besar komponen
basa seperti : CaO, MgO dan NaO yang dikandung oleh mineral-mineral
batuan asal. Komponen CaO yang mengalami proses paling awal kemudian disusul dengan
komponen berikutnya sesuai dengan mineral pembentuk batuan dalam reaksi seri
Bowen. Dengan terjadinya proses pelolosan tersebut, maka akan tertinggal
komponen-komponen SiO2, A1203 yang aktif yaitu yang akan menentukan mutu dari
endapan trass yang terjadi pada masa berikutnya . Jumlah komponen-komponen
aktif ini sebanding atau sesuai dengan derajat pelapukan dari batuan asal
disamping faktor waktu turut berperan pada tingkat proses pelapukan yang
terjadi secara terus menerus sepanjang waktu.
Tras disebut
pula sebagai pozolan, merupakan bahan
yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri
tidak mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus
dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara
kimiawi dengan Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air)
pada suhu kamar membentuk senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat
seperti semen. Nama pozolan diambil dari nama desa Puzzouli de Napel, Italia dimana bahan
tersebut ditemukan.
Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :
- Pozzolan Alam
(Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di
Indonesia Pozzolan alam dikenal dengan nama TRASS.
- Pozzolan Buatan
(sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adlah hasil
pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
Tras ( alam) pada umumnya terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak
mengandung feldspar dan silica, antara lain breksi andesit, granit, rhyolit, yang
telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah
menjadi mineral lempung/ kaolin dan senyawa silika amorf. Makin lanjut tingkat
kelapukannya makin bagus kualitas tras tersebut.
Standar unsur kimia tras yang diusahakan adalah
sebagai berikut:
Unsur
|
Kisaran % berat
|
SiO2
Al2O3
Fe2O3
H2O
CaO
MgO
|
40,76 - 56,20
17,35 - 27,95
7,35 – 13,15
3,35 – 10,70
0,82 – 10,27
1.95 – 8,05
|
Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat – sifat yang khas, sifat tras
yang terpenting adalah apabila di campur dengan kapur padam ( kapur tohor ) dan
air akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini disebabkan oleh Oksida silica
( SiO2) yang amorf dan oksida alumunia ( Al2O3
) di dalam tras yang menjadikannya bersifat asam.
Tempat Penyebaran
Penyebaran tras di Indonesia mengikuti jalur rangkaian gunung api Tersier
dan Kuarter antara lain :
·
Nanggroe Aceh Darussalam :
Ujung Batu dan Krueng Raya, Kab. Aceh besar ( pelapukan tufa breksi dengan
komponen dasit dan andesit ), Gronggong Kab. Aceh Pidie ( beupa tufa pasiran
berbutir kasar – kasar halus telah mengalami pelapukan), Takengon Kec. Takengon
Kab, Aceh Tengah ( berupa tufa pasir bebutir kasar mengandung komponen batu
apung yang telah lapuk )
·
Sumatera Utara : Sarula Kab.
Tapanuli Utara ( berasal dari pelapukan tufa riolit berbatu apung )
·
Sumatera Barat : Muaro Labuah
Kab. Solok Selatan, Kota Padang Panjang, Matur dan Gadut Kab.Agam( dapat
dipergunakan sebagai bata cetak atau tanah mantap dengan penstabil kapur atau
semen, kuat tekan = 4,6 – 19; kuat lentur = 1,9-9,3 ), Bonjol Kab. Pasaman (
telah digunakan sebagai bahan baku bata cetak dan bahan bangunan )
·
Jambi : P. Pandan dan
Batuputih Kec. Danau Kerinci Kab, Kerinci (terdapat sebagai hasil pelapukan
batuan gunung api yang mengandungdung fragmen batu apung ), Kampai Bukit Limon,
Selai Pulau Tengah dan Batu Putih ( merupakan hasil pelapukan batuan gunung api
yang mengandung fragmen batu apung )
·
Bengkulu : Jambu Keling,
Kotadonok ( pelapukan breksi tufa berbatu apung ), Tanjung Panai Kec. Padang
Ulaktanding, Lubuk Tanjung Kec. Kerakap, Kepahiang dekat perbatasan dengan
Sumatera Barat ( pelapukan batuan vulkanik muda )
·
Lampung : Mutaralam Kec.
Sumberjaya Kab. Lampung Utara ( baik untuk bahan pembuatan batako dan plester,
merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik berumur kuarter )
·
Jawa Barat : Ciomas Kab.
Serang ( sebagai tufa batu apug hasil kegiatan Gn. Danan), Batu Reog dan
Bongkor, Kec. Lembang Kab. Bandung ( berasosiasi dengan pelapukan bahan yang
berasal dari Gn. Tangkuban Perahu dan bercampur dengan obsidian dan batuapung
), Cicurug Kab. Sukabumi ( merupakan hasil pelapukan bahan yang berasal dari
Gn. Salak. Lapisan atas bercampur dengan batu apung ), Sulukuning Kab.
Purwakarta ( kandunga SiO2 = 42,1 % - 48,5 %, Al2O3
= 11,5% -17,2 %, Fe2O3 = 13,1 % - 19,2 %, CaO = 1,9 % -
4,6 %, MgO = 1,2 % - 6,0 %, Na2O = 0,6% - 1,5%, K2O =
0,1% - 0,6 %, H2O = 6,2% - 9,7%, HD = 12,3 – 19,2 %, beart jenis =
2,43 ), Nagreg Ka. Bandung ( terdapat batuan tufa andesit, dapat dipergunakan
sebagai batuan campuran semen portlandpuzzolan ), Cimeong, Sukaresmi Kec. Maja
Kab. Majalengka ( merupakan hasil pelapukan tuf dan breksi andesit ),
Sukamelang Kec. Kedipaten Kab. Majalengka ( kandungan SiO2 = 46,60%,
Al2O3 + Fe2O3 = 38,22 %, CaO =
5,08%, MgO = 1,24%, kadar air rata-rata 1,0%, dapat digunakan sebagai tanah
mantap tanpa tekan ), Sukaraja, Maruyung dan Cikancung Kab.Bandung, Cikalong
Wetan Kab. Bandung, Nyalindung, Padalarang Kab.Bandung, Batu jajar Kec.
Cililing Kab.Bandung, Bobos dan Loji Kec. Sumber Kab. Cirebon (kandungan SiO2
= 68,74 %, Al2O3 + Fe2O3 =
23,26 %, CaO = 1,70 %, MgO = 0,54 %, kadar air = 2,38% ), Gekbrog Kec.
Warungkondang Kab. Cianjur ( KandunganSiO2 = 45%, Al2O3
= 20 % kuat tekan 52-100 kg/cm2 )
·
Jawa Tengah : Kalirejo Kec.
Unggaran Kab. Semarang ( dapat digunakan untuk batako tanpa beban, Kuat takan =
29,0 kuat lentur = 10,5 kg/ cm2 ) Pudak Payung Kec. Ungaran Kab.
Semarang ( kuat tekan= 83,2 kuat lentur = 25,5 kg/cm2, dapat
digunakan untuk batako tanpa beban ), Lajan Kec. Sumowono ( dapat digunakan
sebagai tanah mantap tanpa beban, kandungan SiO2 = 57,82%, Al2O3
+ Fe2O3 = 28,40 %, CaO = 6,10%, MgO = 1,62%, kadar
air rata-rata 1,5% ), Bandungan Kec. Ambarawa ( dapat digunakan sebagai tanah
mantap tanpa beban , kandungan SiO2 = 50,5 %, Al2O3 +
Fe2O3 = 34,78 %, CaO = 7,92%, MgO = 1,83%, kadar air
rata-rata 1,08%), Kragilan Kec. Mojosongo Kab. Boyolali ( dapat digunakan
sebagai bata cetak dengan beban, kandungan SiO2 = 44,44%, Al2O3
+ Fe2O3 = 35,24 %, CaO = 7,54%, MgO = 0,42%, kadar
air rata-rata 4,1%), Kaligesing Kab. Purworejo ( merupakan breksi vulkanik
bersifat lunak, kandungan SiO2 = 50%, Al2O3 =
20 % ), Gn. Muria Kab. Pati (kandungan SiO2 = 50,13 %, Al2O3
+ Fe2O3 = 38,93 %, CaO = 0,286%, MgO = 0,14%,MnO =
0,386 %, SO3 = 1,59 % ) , Kendel Kec. Kemusu Kab. Boyolali
(kandungan SiO2 = 47,36%, Al2O3 + Fe2O3
= 35,86 %, CaO = 11,86%, MgO = 0,22%, kadar air rata-rata 3,3% ), Jatinom Kec,
Jatinom, Klaten ( dapat digunakan sebagai bata cetak dengan beban, kandungan
SiO2 = 53,0%, Al2O3 + Fe2O3
= 33,4 %, CaO = 8,58%, MgO = 0,44%, kadar air rata-rata 3,8% ), Towel Kab.
Tegal ( baik untuk batako ), Badungan Kab. Magelang ( baik untuk Batako ),
Samigaluh, Kulon Progo DIY ( baik untuk batako ), Wonogiri Kab. Wonogiri,
Rembang Kab. Probolinggo.
·
Jawa Timur : Batu Malang, Kec.
Pujon Kab, Malang, Sumberbrantas Kec. Batu Kab. Malang, Punten Kec.Batu Malang,
Turan Kab. Malang, Jari Kec. Bubukan Kab. Bojonegoro, Gn. Kelud, Pacet Kec.
Pacet Mojokerto, Made Kec. Pacet Kab. Mojokerto (dapat digunakan untuk bata
cetak bersifat puzolianik ), Singgahan, Pulung Kab. Ponorogo, Puger
Kab.Trenggalek (baik untuk Batako), Panarukan Situbondo, Pandak, Parseh,
Tegalampel, Bondowoso ( baik untuk batako dan plester ).
·
Bali : Bajar males dan
Batujulung Kec. Kuta Kab.Badung, Marga Kab.Tabanan, Bringkit Kab. Badung,
Samplangan, Gua Gajah, Bunitan Kab.Gianyar, Bukitjambul Kab.Klungkung, Banjar
Wanyu Kec. Marga, Tabanan
·
NTB : Tanah beak Kab. Lombok
Barat ( dapat dimanfaatkan sebagai batako, kuat tarik =2,9-7,7 kg/cm2
kuat tekan = 20,7-35,0 kg/cm2 )
·
NTT : Waipors Kec.Bola Kab.
Sikka ( merupakan hasil pelapukan batuan tufa, baik untuk batako ), Maumere
Kab. Sikka (pelapukan batuan tufa), Waulupang Kab. Flores Timur (pelapukan
batuan tufa), Lawoleba, P.Lembata ( pelapukan batuan tufa, sudah dimanfaatkan
), Rainimi dan Atambua Kab. Kupang.
·
Sulawesi Utara : Pineleng Kec.
Pineleng Kab. Tondano ( pelapukan batuan tufa kaca ), Matani, Kec. Tomohon (
dapat digunakan sebagai batako )
·
Sulawesi Selatan : Bukit
Lakapala Kec. MAlusetasi Kab. Barru Malino Kec. Tinggimoncong, Kab. Gowa
Teknik Penambangan
Bahan galian tras relative lunak dan dekat permukaan. Oleh sebab itu
penambangan terbuka dapat dilakukan denga peralatan sederhana.