Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Translate

Toseki

21 Jul 2012



Toseki adalah batuan beku asam (ziolit, dasit, perlit dan tufa asan) yang terbentuk oleh proses hidrotermal dan menyebabkan terjadinya endapatn bijih pada dinding yang diterobos dan kemudian mengalami perubahan sifat fisik, kimia dan mineral. Lokasi toseki ditemukan di daerah timur laut Gunung Mandalagiri, Kecamatan Cikajang, Kandungan serisit dalam toseki ini cukup baik (15-20%) dan sangat baik digunakan sebagai bahan keramik.

Tras




Tras merupakan bahan galian golongan bahan galian C atau industri (PP No. 27/1980 tentang Penggolongan Bahan Galian). Bahan galian trass yang terdapat di alam umumnya berasal dari batuan piroklastik dengan komposisi andesitis yang telah mengalami pelapukan secara intensif sampai dengan derajat tertentu . Tras sendiri adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu.

Proses pelapukan berlangsung pada tras disebabkan oleh adanya air yang mengakibatkan terjadinya pelolosan (leaching) pada sebahagian besar komponen basa seperti : CaO, MgO dan NaO yang dikandung oleh mineral-mineral batuan asal. Komponen CaO yang mengalami proses paling awal kemudian disusul dengan komponen berikutnya sesuai dengan mineral pembentuk batuan dalam reaksi seri Bowen. Dengan terjadinya proses pelolosan tersebut, maka akan tertinggal komponen-komponen SiO2, A1203 yang aktif yaitu yang akan menentukan mutu dari endapan trass yang terjadi pada masa berikutnya . Jumlah komponen-komponen aktif ini sebanding atau sesuai dengan derajat pelapukan dari batuan asal disamping faktor waktu turut berperan pada tingkat proses pelapukan yang terjadi secara terus menerus sepanjang waktu.

Tras disebut pula sebagai pozolan, merupakan bahan yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen. Nama pozolan diambil dari nama desa Puzzouli de Napel, Italia dimana bahan tersebut ditemukan.
Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :
  1. Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia Pozzolan alam dikenal dengan nama TRASS.
  2. Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adlah hasil pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)

Tras ( alam) pada umumnya terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak mengandung feldspar dan silica, antara lain breksi andesit, granit, rhyolit, yang telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah menjadi mineral lempung/ kaolin dan senyawa silika amorf. Makin lanjut tingkat kelapukannya makin bagus kualitas tras tersebut.

Standar unsur kimia tras yang diusahakan adalah sebagai berikut:
Unsur
Kisaran % berat
SiO2
Al2O3
FeO3
H2O
CaO
MgO
40,76 - 56,20
17,35 - 27,95
7,35 – 13,15
3,35 – 10,70
0,82 – 10,27
1.95 – 8,05

Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat – sifat yang khas, sifat tras yang terpenting adalah apabila di campur dengan kapur padam ( kapur tohor ) dan air akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini disebabkan oleh Oksida silica ( SiO2) yang amorf dan oksida alumunia ( Al2O3 ) di dalam tras yang menjadikannya bersifat asam.

Tempat Penyebaran

Penyebaran tras di Indonesia mengikuti jalur rangkaian gunung api Tersier dan Kuarter antara lain :
·         Nanggroe Aceh Darussalam : Ujung Batu dan Krueng Raya, Kab. Aceh besar ( pelapukan tufa breksi dengan komponen dasit dan andesit ), Gronggong Kab. Aceh Pidie ( beupa tufa pasiran berbutir kasar – kasar halus telah mengalami pelapukan), Takengon Kec. Takengon Kab, Aceh Tengah ( berupa tufa pasir bebutir kasar mengandung komponen batu apung yang telah lapuk )
·         Sumatera Utara : Sarula Kab. Tapanuli Utara ( berasal dari pelapukan tufa riolit berbatu apung )
·         Sumatera Barat : Muaro Labuah Kab. Solok Selatan, Kota Padang Panjang, Matur dan Gadut Kab.Agam( dapat dipergunakan sebagai bata cetak atau tanah mantap dengan penstabil kapur atau semen, kuat tekan = 4,6 – 19; kuat lentur = 1,9-9,3 ), Bonjol Kab. Pasaman ( telah digunakan sebagai bahan baku bata cetak dan bahan bangunan )
·         Jambi : P. Pandan dan Batuputih Kec. Danau Kerinci Kab, Kerinci (terdapat sebagai hasil pelapukan batuan gunung api yang mengandungdung fragmen batu apung ), Kampai Bukit Limon, Selai Pulau Tengah dan Batu Putih ( merupakan hasil pelapukan batuan gunung api yang mengandung fragmen batu apung )
·         Bengkulu : Jambu Keling, Kotadonok ( pelapukan breksi tufa berbatu apung ), Tanjung Panai Kec. Padang Ulaktanding, Lubuk Tanjung Kec. Kerakap, Kepahiang dekat perbatasan dengan Sumatera Barat ( pelapukan batuan vulkanik muda )
·         Lampung : Mutaralam Kec. Sumberjaya Kab. Lampung Utara ( baik untuk bahan pembuatan batako dan plester, merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik berumur kuarter )
·         Jawa Barat : Ciomas Kab. Serang ( sebagai tufa batu apug hasil kegiatan Gn. Danan), Batu Reog dan Bongkor, Kec. Lembang Kab. Bandung ( berasosiasi dengan pelapukan bahan yang berasal dari Gn. Tangkuban Perahu dan bercampur dengan obsidian dan batuapung ), Cicurug Kab. Sukabumi ( merupakan hasil pelapukan bahan yang berasal dari Gn. Salak. Lapisan atas bercampur dengan batu apung ), Sulukuning Kab. Purwakarta ( kandunga SiO2 = 42,1 % - 48,5 %, Al2O3 = 11,5% -17,2 %, Fe2O3 = 13,1 % - 19,2 %, CaO = 1,9 % - 4,6 %, MgO = 1,2 % - 6,0 %, Na2O = 0,6% - 1,5%, K2O = 0,1% - 0,6 %, H2O = 6,2% - 9,7%, HD = 12,3 – 19,2 %, beart jenis = 2,43 ), Nagreg Ka. Bandung ( terdapat batuan tufa andesit, dapat dipergunakan sebagai batuan campuran semen portlandpuzzolan ), Cimeong, Sukaresmi Kec. Maja Kab. Majalengka ( merupakan hasil pelapukan tuf dan breksi andesit ), Sukamelang Kec. Kedipaten Kab. Majalengka ( kandungan SiO2 = 46,60%, Al2O3 + Fe2O3 = 38,22 %, CaO = 5,08%, MgO = 1,24%, kadar air rata-rata 1,0%, dapat digunakan sebagai tanah mantap tanpa tekan ), Sukaraja, Maruyung dan Cikancung Kab.Bandung, Cikalong Wetan Kab. Bandung, Nyalindung, Padalarang Kab.Bandung, Batu jajar Kec. Cililing Kab.Bandung, Bobos dan Loji Kec. Sumber Kab. Cirebon (kandungan SiO2 = 68,74 %, Al2O3 + Fe2O3 = 23,26 %, CaO = 1,70 %, MgO = 0,54 %, kadar air = 2,38% ), Gekbrog Kec. Warungkondang Kab. Cianjur ( KandunganSiO2 = 45%, Al2O3 = 20 % kuat tekan 52-100 kg/cm2 )
·         Jawa Tengah : Kalirejo Kec. Unggaran Kab. Semarang ( dapat digunakan untuk batako tanpa beban, Kuat takan = 29,0 kuat lentur = 10,5 kg/ cm2 ) Pudak Payung Kec. Ungaran Kab. Semarang ( kuat tekan= 83,2 kuat lentur = 25,5 kg/cm2, dapat digunakan untuk batako tanpa beban ), Lajan Kec. Sumowono ( dapat digunakan sebagai tanah mantap tanpa beban, kandungan SiO2 = 57,82%, Al2O3 + Fe2O3 = 28,40 %, CaO = 6,10%, MgO = 1,62%, kadar air rata-rata 1,5% ), Bandungan Kec. Ambarawa ( dapat digunakan sebagai tanah mantap tanpa beban , kandungan SiO2 = 50,5 %, Al2O3 + Fe2O3 = 34,78 %, CaO = 7,92%, MgO = 1,83%, kadar air rata-rata 1,08%), Kragilan Kec. Mojosongo Kab. Boyolali ( dapat digunakan sebagai bata cetak dengan beban, kandungan SiO2 = 44,44%, Al2O3 + Fe2O3 = 35,24 %, CaO = 7,54%, MgO = 0,42%, kadar air rata-rata 4,1%), Kaligesing Kab. Purworejo ( merupakan breksi vulkanik bersifat lunak, kandungan SiO2 = 50%, Al2O3 = 20 % ), Gn. Muria Kab. Pati (kandungan SiO2 = 50,13 %, Al2O3 + Fe2O3 = 38,93 %, CaO = 0,286%, MgO = 0,14%,MnO = 0,386 %, SO3 = 1,59 % ) , Kendel Kec. Kemusu Kab. Boyolali (kandungan SiO2 = 47,36%, Al2O3 + Fe2O3 = 35,86 %, CaO = 11,86%, MgO = 0,22%, kadar air rata-rata 3,3% ), Jatinom Kec, Jatinom, Klaten ( dapat digunakan sebagai bata cetak dengan beban, kandungan SiO2 = 53,0%, Al2O3 + Fe2O3 = 33,4 %, CaO = 8,58%, MgO = 0,44%, kadar air rata-rata 3,8% ), Towel Kab. Tegal ( baik untuk batako ), Badungan Kab. Magelang ( baik untuk Batako ), Samigaluh, Kulon Progo DIY ( baik untuk batako ), Wonogiri Kab. Wonogiri, Rembang Kab. Probolinggo.
·         Jawa Timur : Batu Malang, Kec. Pujon Kab, Malang, Sumberbrantas Kec. Batu Kab. Malang, Punten Kec.Batu Malang, Turan Kab. Malang, Jari Kec. Bubukan Kab. Bojonegoro, Gn. Kelud, Pacet Kec. Pacet Mojokerto, Made Kec. Pacet Kab. Mojokerto (dapat digunakan untuk bata cetak bersifat puzolianik ), Singgahan, Pulung Kab. Ponorogo, Puger Kab.Trenggalek (baik untuk Batako), Panarukan Situbondo, Pandak, Parseh, Tegalampel, Bondowoso ( baik untuk batako dan plester ).
·         Bali : Bajar males dan Batujulung Kec. Kuta Kab.Badung, Marga Kab.Tabanan, Bringkit Kab. Badung, Samplangan, Gua Gajah, Bunitan Kab.Gianyar, Bukitjambul Kab.Klungkung, Banjar Wanyu Kec. Marga, Tabanan
·         NTB : Tanah beak Kab. Lombok Barat ( dapat dimanfaatkan sebagai batako, kuat tarik =2,9-7,7 kg/cm2 kuat tekan = 20,7-35,0 kg/cm2 )
·         NTT : Waipors Kec.Bola Kab. Sikka ( merupakan hasil pelapukan batuan tufa, baik untuk batako ), Maumere Kab. Sikka (pelapukan batuan tufa), Waulupang Kab. Flores Timur (pelapukan batuan tufa), Lawoleba, P.Lembata ( pelapukan batuan tufa, sudah dimanfaatkan ), Rainimi dan Atambua Kab. Kupang.
·         Sulawesi Utara : Pineleng Kec. Pineleng Kab. Tondano ( pelapukan batuan tufa kaca ), Matani, Kec. Tomohon ( dapat digunakan sebagai batako )
·         Sulawesi Selatan : Bukit Lakapala Kec. MAlusetasi Kab. Barru Malino Kec. Tinggimoncong, Kab. Gowa
Teknik Penambangan
Bahan galian tras relative lunak dan dekat permukaan. Oleh sebab itu penambangan terbuka dapat dilakukan denga peralatan sederhana.

Dolomit


Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg (kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut. Misalnya, batugamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit 

Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam.

Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.
  • Propinsi Nangroe Aceh Darussalam; Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer dolomit. Cadangan masih berupa   sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%. 
  • Propinsi Sumatera Utara; Tapanuli Selatan, desa Pangoloan, berupa lensa dalam batugamping. Cadangan berupa sumberdaya   dengan kandungan MgO = 11 - 18%.  
  • Propinsi Sumatera Barat; Daerah Gunung Kajai. (antara Bukittinggi - Payakumbuh). Umur diperkirakan Permokarbon. 
  • Propinsi Jawa Barat; daerah Cibinong, yaitu di Pasir Gedogan. Dolomit di daerah ini umumnya berwarna putih abu-abu dan   putih serta termasuk batugamping dolomitan yang bersifat keras,kompak dan kristalin. 
  • Propinsi Jawa Tengah; 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomit dan batugamping dolomitan. 
  • Propinsi Jawa Timur; 
  1. Gunung Ngaten dan Gunung Ngembang, Tuban, formasi batu-gamping Pliosen. MgO = 18,5% sebesar 9 juta m3, kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m3
  2. Tamperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta ton. Kandungan MgO = 18%; 
  3. Sekapuk, sebelah Utara Kampung Sekapuk (Sedayu – Tuban). Terdapat di Bukit Sekapuk, Kaklak dan Malang, formasi gamping umur Pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan berwarna putih. Cadangan sekitar 50 juta m3; Kandungan MgO di Sekapuk (7,1 - 20,54%); di Sedayu (9,95- 21,20 %); dan di Kaklak (9,5 - 20,8%); 
  4. Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya, dengan kandungan MgO = 11,1- 20,9 %, merupakan batuan dolomit yang bersifat keras, pejal, kompak dan kristalin; 
  5. Socah, Bangkalan, Madura; satu km sebelah Timur Socah. Cadangan 430 juta ton dan sumberdaya. Termasuk Formasi Kalibeng   berumur Pliosen, warna putih, agak lunak, sarang. Ada di bawah batugamping dengan kandungan MgO 9,32 -20,92%. 
  6. Pacitan, Sentul dan Pancen; batugamping dolomitan 45,5 - 90,4%, berumur Pliosen. Di Bukit Kaklak, Gresik endapan dolomit   terdapat dalam formasi batu-gamping Pliosen, tebal + 35 m dan jcadangan sekitar 70 juta m3. 
  • Propinsi Sulawesi Selatan; di Tonassa, dolomit berumur Miosen dan merupakan lensa-lensa dalam batugamping. 
  • Propinsi Papua; di Abe Pantai, sekitar Gunung Sejahiro, Gunung Mer dan Tanah Hitam; kandungan MgO sebesar 10,7-21,8%,   dan merupakan lensa-lensa dan kantong-kantong dalam batugamping.
 

Blogger Indonesia

Blogger Indonesia

Member

Most Reading